Minggu, 28 Oktober 2012

Wisata Papua : Air Kiti-kiti@Fak-Fak


Waktu telah menunjukkan pukul 15 kurang 15 menit WIT saat pesawat yang saya tumpangi tiba di bandar udara Torea , Fak-Fak. Matahari masih menyengat dengan terik. Terasa gerah dan lengket akibat keringat yang mengucur. Setelah mengambil bagasi dan sedikit berbasa-basi pada kenalan yang menyapa, saya mengikuti kedua penjemput, yaitu kedua kakak saya.
Fak-fak berada di Propinsi Irian Jaya Barat (IJB) dan merupakan kota yang telah dibentuk sejak pemerintahan kesultanan Tidore, lama sebelum datangnya imperialisme oleh Belanda.
Kota Fak-fak wilayahnya bergunung-gunung dan terkenal dengan tanaman pala. Pala Banda merupakan produk potensial yang belum dimaksimalkan produksinya disini.
Mobil yg membawa kami telah meluncur dengan lamban menuju tempat tinggal sementara di Wagom. Dag – dig – dug – der.... terasa karena jalan yang sempit, tidak rata dan curam. Lumayan.... hehehehe... latihan mental sebelum turun arena yang sebenarnya..
Persiapan malam ini kami tutup dengan mempersiapkan bahan makanan, tenda, kepastian perahu dan awaknya.
TIDUR.
Pukul 4 subuh kami memulai persiapan. Total 13 orang termasuk dengan 2 awak perahu.
Pagi itu cuaca cerah bahkan berkecenderungan panas.
Yamaha 40 Pk 3 unit mengantar long boat kami ke arah selatan. Arus laut mulai menggoyang perahu yang melaju sekitar 30 Kilometer perjam.
Camar laut meliuk diburitan. Tak terasa 2 jam perjalanan, kampung Antalisa sudah didepan mata. Pak Iwan (Staff RSUD Fak-fak) memandu kami masuk ke kampungnya. Beliau berasal dari Antalisa. Sekitar 20 menit kami singgah di kampung tersebut sekaligus “ijin” hendak menuju ke Air terjun Kiti-kiti. Hal ini perlu dilakukan karena lokasi wisata tersebut berada pada lokasi hutan ulayat masyarakat kampung Antalisa. Seorang penunjuk jalan sekaligus pegawai Distrik Karas bapak Abdulah menyertai petualangan kami.
Perjalanan dilanjutkan kearah Selatan, bertemu kawanan Lumba-lumba. Arah speedboat menuju tanjung Tonggarai. Tempat ini merupakan tempat bertelur penyu alami. Terdapat Penyu Hijau (Chelonia Mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata). Adalah aset yang luar biasa dan belum dikelola.
Hal ini penting dan harus menjadi perhatian agar pihak konservasi dan masyarakat adat dapat menjaga lokasi-lokasi yang luar biasa ini dapat memberikan keuntungan ekonomis tanpa merusaknya. Sangat disayangkan bahwa di Tonggarai merupakan tempat perburuan telur penyu dan telah dilakukan bertahun-tahun.
Setelah 4 jam berlayar, diarah horizon mulai terlihat  dua pulau yang menjadi patokan Air Terjun Kiti-kiti. Pulau Semut dan pulau Kelelawar. Nama ini mungkin diberikan karena didominasi kedua hewan tersebut di masing-masing pulau... (agak sok Tau.. heheheh :P)

Bias matahari pada uap air membentuk busur pelangi....
Kajaiban alami yang belum terjamah..
Bisu... Hanya diam yang dapat dilakukan..
Kagum akan kebesaran penciptaan...

Ya, siapapun akan terpesona...
Air Kiti-kiti adalah situs wisata alam yang sangat natural... Dengan danau “diatasnya” adalah karunia alam dan belum terjamah.
Saat itu pasang laut sedang surut. Suatu kebetulan yang “menguntungkan” kami. Sehingga kami dapat merapat di tepi pantai, berfoto dan narsis sejadi-jadinya :D.
Oh ya, sebelumnya kami “ditera” kan oleh pemandu kami dengan sejumput pasir pantai yang direkatkan pada dahi kami masing-masing. “Syarat adat” kata Pak Abdullah. Percaya atau tidak percaya kami lakukan saja, demi menghormati kearifan lokal serta menghargai Pak Abdullah dan Pak Iwan yang manggut-manggut dan berseri-seri wajahnya atas sikap takzim kami itu.. (hehehe..)
Keunikan tersendiri jika di Air Terjun ini kita berteriak sejadi-jadinya... Aneh memang.. Air terjun ini akan semakin deras meluncurkan airnya... Dapat dicoba... hampir selalu begitu kata pemandu kami...

(taken by Eddy Yansyah)

Setelah puas berjingkrak-jingkrak disini :P maka kami kembali kearah Utara. Kearah Fak-fak dengan tujuan pulau Vatar. Tempat yang kami rencanakan untuk bermalam. Vatar merupakan pulau kecil, berpasir putih, tiada penduduk dan tentu saja aman serta terletak di suatu laguna.
Momentum sunset kami peroleh disini. Luar biasa. Aku merasa “kaya”. Papua dengan segala keterbatasannya merupakan paradise. Tidak semua orang dapat melihat kebesaran penciptaanNya yang maha sempurna... Aku merasa “kecil”... Sangat kecilnya sehingga merasa butiran pasir dikaki adalah kesadaran... Semoga kita dapat memanfaatkan dan mengelola permata alam ini dengan bijaksana....
(taken by Eddy Yansyah)

Perjalanan ini kami sudahi keesokan harinya dengan pulang melalui Antalisa dan mendarat di dermaga Fak-fak. Capek, kantuk serta menjiwai jadi ikan asin karena terpanggang matahari (heheheheh) adalah oleh-oleh kami pula.... Suatu saat kami aku akan kembali ke Air Kiti-kiti... Hutang mancing dilokasi tersebut.... J

Nb :
Yang pengen tw lebih banyak tentang Air Kiti-kiti dapat mengontak via FB maupun Email di cyberzema@gmail.com

2 komentar:

  1. KESAKSIAN KISAH NYATA 2017

    Kesaksian Edisi 2017. Nama: Bpk. Hidayat M.Rohadi. Kota: Semarang. Jawa Tengah
    Segala Syukur Saya Ucapkan Kepada Allah SWT, Atas Segalah Kuasanya Hingga Ada Sosok Seperti Mbah Bintang Jagat Dimuka Bumi ini Yang Dianugerahi Kekuatan Spiritual Islami, Mbah Bintang Telah Memberikan Saya Dan Keluarga Saya Kebahagiaan, Berkat Bantuan DANA GHOIB 15 Milyar Yang Mbah Bintang Jagat Berikan Kini Bisnis PROPERTY Keluarga Yang Saya Jalankan Sekarang Sudah Sudah Hampir Selesai Pembangunan, DANA GHAIB Dari Mbah Bintang Jagat Saya Pakai Untuk Pelunasan Tanah Dan Sisanya Untuk Pembangunannya..
    Saya Ucapkan Terima Kasih Kepada Mbah Bintang Jagat Karna Bantuan Anda, Akhirnya saya Bisa Sukses, Semoga Anda Juga Merasakan Keberuntungan Saya ini, Demikian Kesaksian Saya Buat Tanpa Adanya pemaksaan Dari Pihak manapun, Wassalam
    KLIK:> Solusi Pesoalan Ekonomi 2017

    BalasHapus